Satu kesan yang saya tangkep ketika menonton film Satriadewa: Gatotkaca, filmnya gelap banget! Secara tersurat dan tersirat ya. Karena tema dan adegan-adegannya memang gelap, dan ya banyak setting di tempat gelap juga. Hehe
Salah satu aspek yang akhirnya ramai dibicarakan di media sosial adalah mengenai build in product. Build in product yang dilakukan di beberapa bagian memang terkesan sangat hard selling, sehingga jadi pembicaraan. Tapi dengan diomongin itu jadi malah jadi tambahan promosi ga sih? Entah dengan diomongin seperti itu malah berhasil atau tidak. But it’s fun sih sebenarnya.
Kalau soal legenda-legenda dan referensi budaya yang digunakan, sudah banyak yang membahas dan sebenarnya cukup menarik. Cuma buat saya yang tidak begitu familiar dengan hal-hal itu jadi ngerasa agak overwhelmed sih sama istilah-istilahnya. Tapi masih bisa banget diikutin kok alurnya.
Perihal adegan-adegan dan dialog ketika laganya ini seru, mengingatkan sama film-film dan serial laga kolosal era Tutur Tinular, Angling Dharma, dan produksi yang serupa. Khas banget.
Intermezzo sedikit, di film ini kan karakter utamanya bernama Yudha, dengan pusakanya bernama Brajamusti, bikin saya inget sama seorang komika yaitu Yudha Brajamusti. Haha suatu hal yang disayangkan dia tidak masuk di film ini. Dan hal lain yang disayangkan juga terkait komedi adalah karakter-karakter Punakawan yang kurang dimanfaatkan dengan baik ke dalam cerita. Kurangnya gimana? Ya.. Silakan ditonton sendiri saja. Hehe
Overall, Satriadewa: Gatotkaca sangat menyenangkan buat saya pribadi, saya juga merasa penonton di studio cukup menikmati filmnya. Film pertama ini cukup oke jadi pondasi semesta yang akan dibangun kedepannya, ngasih liat landscape pertarungannya, dan menunjukkan standar special effect yang berhasil dicapai. Cukup menjanjikan meskipun di beberapa hal masih melahirkan pertanyaan. Dengan segala isu di dalam dan di luar filmnya, semoga project berikutnya bisa lebih baik lagi.
Ayo menggatot bersama Gatotkaca!
Review Ditulis oleh Cacing (@mmaryasir)
